Halo Anak Muda,

 Halo Anak Muda, 

Hari ini sudah di bulan Januari 2025. Bulan yang baru di awal tahun baru. Hubungan kita masih sangat baik. Sejauh menyimpan rasa pada bukan temanku, ternyata aku lebih banyak berpikir secara logika dan nggak mengedepankan emosi. Mungkin hal ini yang bikin hubungan kita jadi nggak pernah ada masalah apapun. 


Mungkin kalo kamu ingat di tahun lalu bulan Juni tanggal 6 adalah hari pertama aku tahu perasaanmu berbeda. Meski sama sekali nggak aku seriusi apa yang kamu sampaikan, ternyata itu berlangsung hingga 1.5 tahun sampai hari ini. Banyak obrolan, ungkapan perasaan, dan kejujuran dalam hubungan kita yang bikin kita tetep bisa saling membutuhkan satu sama lain, meski kebutuhan kita berbeda. 


Kadang aku berpikir, apakah aku tega menjadi orang jahat selama ini dalam sebuah hubungan yang seharusnya bisa hangat, tapi aku memilih untuk menjadi tokoh utama peran penjahat dalam sebuah hubungan. Apa tiap malamnya aku nggak bertanya-tanya pada diriku sendiri, soal tujuan dan apa yang aku butuhkan dalam hubungan ini hingga aku nggak memutusnya sama sekali?


Waktu tiap waktu aku tanyakan itu pada diriku sendiri.

Kadang aku merasa bodoh karena menjadi naif untuk mengiyakan semua rasa dan ungkapan yang mengalir begitu saja. Tapi kadang aku merasa butuh untuk diakui hidup sebagai manusia perasa di dunia ini. Ada status yang tidak bisa aku bagikan karena prinsip. Tapi sedikit demi sedikit aku menghancurkan prinsipku sendiri, seakan-akan aku terlihat pintar padahal bodoh. 


Satu waktu aku nyaman menjadi seorang kesayangan untuk orang lain yang diperlakukan baik, dipercaya, bahkan dicinta dengan penuh kata-kata manis. Tapi satu waktu aku juga berpikir, aku kah orang jahat sesungguhnya? Aku kah orang yang mempermainkan perasaan orang tanpa memberikan timbal balik? 


Aku menikmati hubungan tiada status yang saling membutuhkan satu sama lain ini. Tapi aku nggak memberikan umpan yang seimbang. Aku berhasil tanpa pancing, sedang kamu selalu membiarkan pancingmu tidak dimakan meski sudah memasang ribuan kali. Apakah aku seseorang yang penuh obsesi? 


Aku terlalu takut untuk menjadi serius karena aku benci akhir sebuah hubungan. Aku benci patah hati, aku benci sakit hati, aku benci akhir. Aku ingin punya hubungan baik dengan semua orang meski harga diriku dipertaruhkan.  



Halo Anak Muda,


Terimakasih sudah memperlakukan aku dengan sangat baik hingga aku sangat nyaman berada di dalamnya, menjadi bagian dari hidupmu yang penuh juang, meski menolak untuk menjadi satu-satunya. Terimakasih meluangkan waktu untuk selalu tanya kabarku dan memastikanku tenang dengan hubungan yang entah apa. 


Aku menahan diri untuk menjadi orang yang tertarik dengan candaanmu karena aku tahu aku nggak akan bisa menyelam lebih dalam. Aku menahan semua perasaanku untuk menjadi peduli karena hubungan yang entah apa ini kuyakini nggak akan bisa berkembang lebih jauh lagi. 


Terimakasih menjadi satu-satunya manusia yang tanpa ragu melakukan hal yang paling kutakuti yaitu menyapaku duluan dalam setiap keadaan. Memberi kabar, menyampaikan perasaan dengan jujur, dan menjadikanku seorang andalan dalam hidup di 1.5 tahun yang sepi ini. 

Hadirmu persis di mana patah hatiku baru saja tumbuh. Sepi dan sedih yang ada di waktu itu membuatku menerima siapa saja yang hadir. Banyak. Tapi kamu satu-satunya manusia yang nggak lelah menyapaku duluan meski aku nggak pernah melakukan itu selama ini. Menghargai semua kabarku meski seringkali aku menghapusnya kembali karena tidak percaya diri.


Aku durhaka pada perasaanku sendiri, dan aku membangkan pada prinsipku sendiri. Munafik sekali aku. 


Hingga bertemu seorang baik yang memperlakukanku lebih dari sekedar baik. 


Apakah mau diputuskan atau dibiarkan saja? 


Apakah 1.5 tahun ini akan berlanjut atau berhenti?


Apakah sikap membutuhkan dan tidak ingin kehilangan satu sama lain ini akan berakhir?


Kapan? dan bagaimana?


Halo Anak Muda,

Aku bertaruh


7125
Salam penuh cinta
Ossidduha

Komentar

Postingan Populer