Surat Cintaku...
UntukMu Sang Maha Pemilik Cinta
Ya Allah, beberapa hari ini rona
wajah dan hatiku menjadi merah jambu. Air muka yang biasanya datar, kini penuh
gurat. Gurat dari senyum manis yang kadang aku sunggingkan bersama
halusinasi-halusinasi si merah jambu.
Yang biasanya tangan tak tergerak tuk tuliskan sebuah kalimat, kini bahkan paragraf puitis sering kubuat. Kertas putih kuukir cantik bersama pena dengan kata-kata manis.
Kadang aku menggila, merasa cantik diri sendiri. Senyum-senyum sendiri di depan cermin, memantaskan diri bahwa akulah yang pantas menjadi ratunya.
Ya Allah, rasa ini ada di dalam hatiku. Membadai seakan aku harus cepat mengeluarkannya agar terbang bersama perasaanku yang lain.
Entahlah, perasaan apa yang kini tertulis, yang jelas perasaan ini sebelumnya belum pernah kurasakan, bahkan ada di genggamanku. Tapi kini rasa ini begitu menggebu-gebu, mendobrak pintu hati yang biasanya kututup rapat untuk makhlukMu.
Aku merasa buta. Aku terlalu yakin dengan satu insanMu itu adalah benar dan terbaik untukku. Padahal, dengan siapa dia kupendam rasa ini, aku tak tahu apa dia juga miliki rasa yang kurasakan sekarang ini.
Yang biasanya tangan tak tergerak tuk tuliskan sebuah kalimat, kini bahkan paragraf puitis sering kubuat. Kertas putih kuukir cantik bersama pena dengan kata-kata manis.
Kadang aku menggila, merasa cantik diri sendiri. Senyum-senyum sendiri di depan cermin, memantaskan diri bahwa akulah yang pantas menjadi ratunya.
Ya Allah, rasa ini ada di dalam hatiku. Membadai seakan aku harus cepat mengeluarkannya agar terbang bersama perasaanku yang lain.
Entahlah, perasaan apa yang kini tertulis, yang jelas perasaan ini sebelumnya belum pernah kurasakan, bahkan ada di genggamanku. Tapi kini rasa ini begitu menggebu-gebu, mendobrak pintu hati yang biasanya kututup rapat untuk makhlukMu.
Aku merasa buta. Aku terlalu yakin dengan satu insanMu itu adalah benar dan terbaik untukku. Padahal, dengan siapa dia kupendam rasa ini, aku tak tahu apa dia juga miliki rasa yang kurasakan sekarang ini.
Cinta.
Seringkali perkara ini ingin kuadukan pada pihak yang berwajib. Manakala sering berkeliaran dan masuk pada hatiku, bersarang dan membuat lupa akan hal-hal logis yang biasa kukerjakan.
Aku harus bagaimana sekarang?
Pasalnya cinta tak berwujud, tapi ia bermuka dua. Kadang bisa menjadi hal yang serius, tapi tak banyak juga yang menjadikan cinta adalah objek permainan hati. Inilah masalah hati yang kini kurasakan ya Allah. Aku mencintainya dalam diam. Hanya dalam doa aku mampu merajut ata hingga sempurna pesan cinta yang ini kusampaikan padaMu.
Aku banyak belajar dari cinta. Aku berusaha shalihah, agar kerap ia yang shaleh bisa menjadi imamku. Yang biasanya doa di sepertiga malamku jarang aku laksanakan, kini tanpa alarm aku terjaga. Merintih dengan ribuan tangis harap sambil kusebut namanya dalam doa.
Seringkali perkara ini ingin kuadukan pada pihak yang berwajib. Manakala sering berkeliaran dan masuk pada hatiku, bersarang dan membuat lupa akan hal-hal logis yang biasa kukerjakan.
Aku harus bagaimana sekarang?
Pasalnya cinta tak berwujud, tapi ia bermuka dua. Kadang bisa menjadi hal yang serius, tapi tak banyak juga yang menjadikan cinta adalah objek permainan hati. Inilah masalah hati yang kini kurasakan ya Allah. Aku mencintainya dalam diam. Hanya dalam doa aku mampu merajut ata hingga sempurna pesan cinta yang ini kusampaikan padaMu.
Aku banyak belajar dari cinta. Aku berusaha shalihah, agar kerap ia yang shaleh bisa menjadi imamku. Yang biasanya doa di sepertiga malamku jarang aku laksanakan, kini tanpa alarm aku terjaga. Merintih dengan ribuan tangis harap sambil kusebut namanya dalam doa.
Ya Allah, apa caraku selama ini
salah?
Selama ini aku hanya sadar tentang cinta pada makhlukMu. Padahal seharusnya, cinta yang utuh kutuangkan padaMu. Tanpa sadar aku telah berzina hati, menduakan cintaMu pada insan dhoif yang sama-sama tak paripurna cintanya.
Kadang kesal memburuku, sadar akan kekhilafan cintaku yang salah aku tujukan. Tapi tak kalah, khilaf juga memburuku. Membuatku lupa pada niat dan tujuan awal dari perjalanan hijrahku. Sesal dan khilaf sama-sama memburuku. Malah seringkali dalam sekejap aku berkhilaf, bertaubat, dan berkhilaf lagi.
Dusta benar aku!
Sudah seenaknya menagih kasih dariMu, sedang aku tak pernah mau mengutuhkan cintaku.
Ya Allah, ampunilah aku.
Selama ini aku hanya sadar tentang cinta pada makhlukMu. Padahal seharusnya, cinta yang utuh kutuangkan padaMu. Tanpa sadar aku telah berzina hati, menduakan cintaMu pada insan dhoif yang sama-sama tak paripurna cintanya.
Kadang kesal memburuku, sadar akan kekhilafan cintaku yang salah aku tujukan. Tapi tak kalah, khilaf juga memburuku. Membuatku lupa pada niat dan tujuan awal dari perjalanan hijrahku. Sesal dan khilaf sama-sama memburuku. Malah seringkali dalam sekejap aku berkhilaf, bertaubat, dan berkhilaf lagi.
Dusta benar aku!
Sudah seenaknya menagih kasih dariMu, sedang aku tak pernah mau mengutuhkan cintaku.
Ya Allah, ampunilah aku.
Ya Allah
Engkau Sang Maha Pemilik Cinta. Engkau yang memiliki takdir pada siapa hatiku akan bermuara. Engkau yang maha tahu pula, siapa insan pilihanMu yang tepat akan kau jadikan pelengkap tulang rusukku.
Ya Allah, aku sadar semua itu. Aku berkhilaf telah sombong pada ketetapan cintaMu, tak sabar pada pemberianMu. Padahal aku hanya hamba dhoif yang tak pernah tahu, skenario dan kebahagiaan apa yang kau simpan untukku.
Ya Allah, buat aku lupa ya Allah. Buatlah aku menjadi pasrah pada ketetapan cintaMu. Aku tak mau menjadi pendusta cintaMu selamanya. Mengemis kasih hanya untuk dapatkan kasihnya yang seharusnya sama-sama mencintaiMu.
Engkau Sang Maha Pemilik Cinta. Engkau yang memiliki takdir pada siapa hatiku akan bermuara. Engkau yang maha tahu pula, siapa insan pilihanMu yang tepat akan kau jadikan pelengkap tulang rusukku.
Ya Allah, aku sadar semua itu. Aku berkhilaf telah sombong pada ketetapan cintaMu, tak sabar pada pemberianMu. Padahal aku hanya hamba dhoif yang tak pernah tahu, skenario dan kebahagiaan apa yang kau simpan untukku.
Ya Allah, buat aku lupa ya Allah. Buatlah aku menjadi pasrah pada ketetapan cintaMu. Aku tak mau menjadi pendusta cintaMu selamanya. Mengemis kasih hanya untuk dapatkan kasihnya yang seharusnya sama-sama mencintaiMu.
Ya Allah, dalam keadaan sadar
kusempurnakan pesan cintaku ini, memohon dan menghamba agar Kau sudi menerima
cintaku lagi. Istiqomahkan aku bisa selalu berada di jalanMu, menuju
keridhoanMu. Kuatkan aku dengan niat awal perjalanan hijrahku.
Semata-mata hanya untukMu, tapi aku begitu mudah terpaut bisikan setan. Manakala aku sering tak sadar pada tujuan dan niat awal.
Ya Allah, siapa lagi yang mau membimbingku menuju jalanMu selain Engkau ya Allah.
Siapa lagi?
Semua makhlukMu bahkan mendukung untuk bersama-sama di jalan setan.
Ya Aallah siapa lagi?
Semata-mata hanya untukMu, tapi aku begitu mudah terpaut bisikan setan. Manakala aku sering tak sadar pada tujuan dan niat awal.
Ya Allah, siapa lagi yang mau membimbingku menuju jalanMu selain Engkau ya Allah.
Siapa lagi?
Semua makhlukMu bahkan mendukung untuk bersama-sama di jalan setan.
Ya Aallah siapa lagi?
Kini kupasrahkan seluruh takdir dan
ketetapan cintaku padaMu ya Allah. Aku tak mau menjadi pendusta cinta,
menduakan cintaMu pada cinta yang salah. Akan kukubur jauh khilaf cinta yang
pernah kubuat. Kujadikan ia insan yang pernah membuatku bangkit, tapi bukan
untuk kutuangkan cintaku lagi. Biar Kau yang tentukan, pada siapa aku menjadi pelengkap di jiwanya. Bermuara mencari tepi cinta. Agar kelak, kudapatkan dia yang utuh
mencintaiMu juga.
Wahai Kau Sang Maha Pemilik Cinta,
aku berpasrah pada ketetapan cintaMu....
Wassalamu’alaikum
Jakarta, 17 November 2016
@ossidduha
Komentar
Posting Komentar