Trip Edukasi Bantar Gebang (Sustainable Indonesia)
Assalamualaikum teman…
Haii, balik lagi sama aku.
Selamat membaca ya. Ambil baik-baiknya aja ya...
Kali ini mau cerita tentang perjalananku ke Bantar Gebang. Yaa, mungkin agak sedikit menjijikan karena memang aku sendiri mengalami perasaan seperti itu selama di sana.
Jadi waktu Minggu, 22 September 2019, aku dapat tugas dari kantor tempat aku magang untuk ikutan edutrip ke Bantar Gebang. Karena tugas, jadi nggak bisa nolak. Yaa, padahal semua orang tahu, siapa juga yang mau datang sukarela lihat gunungan sampah yang pastinya nggak mungkin wangi. Iya nggak sih?
Ohya buat info, kegiatan edutrip ke Bantar Gebang yang aku ikutin ini dijembatani sama komunitas pegiat lingkungan di Jakarta yaitu Sustainable Indonesia. Kalian bisa langsung cek sendiri di instagramnya @sustainableindonesia. Lewat instagram, mereka selalu kasih info tanggal berapa dan kemana edutripnya. Mereka nggak cuma ngajak kalian edutrip ke Bantar Gebang aja, tapi juga ke lingkungan yang bermasalah lainnya. Contoh daerah banjir, daerah kumuh, dan banyak lagi. Silahkan cek di instagramnya ya.
Waktu itu untuk ikut edutrip, per-orang cuma bayar Rp100 ribu, tapi exclude transportasi (kalian berangkat sendiri), buat janji untuk ketemu peserta lainnya di Kingdom of BGBJ, semacam tempat penampungan atau pendidikan after school di lingkungan Bantar Gebang.
Nah uang Rp100 ribu itu nantinya bakal dibelikan bahan makanan untuk diberikan ke masyarakat di Bantar Gebang. Jadi menurutku lumayan worth it sih untuk ukuran sumbangan dan sudah dapat akses masuk ke gunungan sampah. Oya, kalian kalau masuk nggak bisa masuk sembarangan ya, harus pakai izin resmi. Makanya, Sustainable Indonesia ini sudah biasa melakukan kegiatan ini dan izin masuk ke lingkungan sampah Bantar Gebang nya sudah pasti resmi.
Oke, kita mulai ceritanya.
Jadi buat yang belum tahu, Bantar Gebang bukanlah sebuah daerah yang seluruhnya adalah tempat sampah. Melainkan nama salah satu kecamatan di Kota Bekasi. Sama seperti kecamatan lainnya, di Bantar Gebang juga ada rumah penduduk, sekolah, kelurahan dan fasilitas umum lainnya. Ya tapi memang, yang paling terkenal dari daerah ini adalah 110 hektare tanah Bantar Gebang yang sudah jadi gunungan sampah alias tempat pembuangan sampah.
NOTED : Akses menuju TPS Bantar Gebang lumayan susah. Setahuku nggak ada angkutan umum untuk sampai ke sana. Kalau ingin masuk ke dalam, lebih baik pakai kendaraan pribadi. Kalau opsi kereta dari Stasiun Bekasi, jarak dari stasiunnya jauh banget. Pengalamanku, pakai ojek online tarifnya kena sampai Rp60 ribu. Sumpah deh, mending pakai kendaraan pribadi atau ikut rombongan perjalanan. Lagian kalo pakai ojek online, biasanya driver nolak nganter sampai ke dalam. Alasannya, pertama jauh, kedua bau kan. Hehe
Oke lanjut.
Sampai di sana, kita sudah
janjian di Kingdom of BGBJ. Kesan pertama waktu turun mobil dan melihat sekeliling
TPS Bantar Gebang adalah jorok, sampah, ingin muntah karena bau, panas (karena bulan
itu masih musim kemarau), dan menjijikan. Aku bersama 30 peserta edutrip
lainnya kumpul buat briefing sama
ketua Sustainable Indonesia yaitu Yuri Romero atau dipanggil Opa. Beliau pegiat
lingkungan asal Spanyol yang sudah 11 tahun menetap dan menjaga lingkungan di
Indonesia (gue langsung merasa tidak ada apa-apanya).
Cuplik : Peserta yang ikut kegiatan ini, kebanyakan adalah keluarga orang kaya beserta anak-anak mereka yang masih kecil-kecil. Aku baru sadar, ternyata yang hatinya lebih banyak tergerak untuk ikut edutrip kaya gini adalah orang dari kalangan menengah ke atas. Coba aja ajak temen kalian ikutan edutrip ke sini. Pasti jawabannya, “ih di sana jorok males ah”. Atau, “Masa 100 ribu buat ke bantar gebang, mending gue ngopi”. Dan aku baru sadar, kepedulian kita tentang sampah sangat minim. So sad.
Lanjut lagi, hehe.
Selain sama kawan-kawan dari
Sustainable Indonesia, kak Resa, pemilik Kingdom of BGBJ, juga ikut menemani
tur kita. Kak Resa ini salah satu pegiat lingkungan yang asli dan besar di
Bantar Gebang. Beliau pernah sekolah di luar kota untuk mendalami ilmu. Setelah
sarjana, beliau kembali lagi ke Bantar Gebang dan mendirikan Kingdom of BGBJ
ini. Lewat ceritanya, aku dengar, hidup di Bantar Gebang itu nggak mudah.
Beliau bilang, dulu waktu zaman SMA sering dapat panggilan “Putri Sampah”
karena asal daerahnya Bantar Gebang. Makanya beliau yang paling ekstra punya
niat mendirikan tempat belajar untuk anak-anak di Bantar Gebang.
"Anak-anak di sini
pertumbuhan fisiknya normal, tapi kelas 6 SD belum tentu bisa lancar baca,”
kata-kata paling miris dari Kak Resa.
Jujur aku sedih banget. Kenapa? Buat aku, masalah sosial, lingkungan dan pendidikan sangat sensitif. Aku banyak banget ketemu permasalahan kaya gini dan benar-benar bikin aku stres kalo aku sendiri nggak bisa berbuat apa-apa ke mereka setelah aku tahu kondisinya. Waktu dengar kaya gitu, liat anak-anak seusia anak SD tuh beneran nangis. Sedih aja. Kaya dalam hati ngebatin, Ya Allah terimakasih melahirkanku sebagai Ossid yang punya banyak kesempatan belajar.
Gambaran umum sekitar Bantar Gebang yang aku lihat dari lantai atas Kingdom of BGBJ itu hamparan luas. Hampir seluruh permukaan tanah aslinya ditimbun sampah dan ditutupi tanah merah kering. Kalau dilihat dari atas, kalian bakal lihat banyak mobil pengeruk dam truk-truk besar pengangkut sampah. Mobil pengeruk itu fungsinya untuk ngeratain tanah atau bikin gundukannya biar keliahatan rapih gitu. Tapi tetep aja, rapihnya sampah. Hmm...
Selanjutnya, kita beneran tur.
Tur pertama kita datang ke tempat pengolahan sampah plastik. Di sana kita
ketemu sama Ibu Devi (kalo nggak salah nama). Beliau kasih tahu kita kalau yang
lari ke poskonya beliau adalah sampah plastik. Tapi guys sumpah deh, pemilahan
sampah plastik itu nggak semudah yang kaya kita lakukan di rumah, sekolah atau
tempat yg mungkin pernah terlibat dalam pemilahan sampah.
Di sana kita ditunjukin sama ibu Devi bahwa sebelum sampah plastik dilebur, kita harus pisahin sesuai kategori. Misalnya plastik botol yang agak keras itu disatuin (tempat makan, botol minum, dan sejenisnya). Terus plastik botol antara botolnya, tutup botol dan plastik mereknya harus dipisah. Setelah dipisah per jenis plastik, lalu dipisah per warna.
Ibu Devi bilang, tengkulak nggak
mau menerima leburan plastik yang warnanya beda-beda. Misal, kalau ada botol
warna oren ya sesame oren gitu harus disatukan. Supaya bubur plastiknya tu
warnanya sama.
Info
dari ibunya, mesin penggiling plastik di Bantar Gebang yang tersedia saat ini
baru ada dua. Itu digunakan semua para pemilah sampah, tempatnya ada di pos ibu
Devi. Jadi semua pemilah sampah yang mau meleburkan sampah plastik harus datang
ke pos beliau untuk pinjam mesin penggiling plastiknya.
Oya, plastik merek botol, sedotan, cup minuman kekinian, dan plastik tipis atau tebal yang nggak umum atau yang jumlahnya nggak banyak itu nggak bisa dipakai, alias dibuang gitu aja. Itu dia alasan kenapa TPU Bantar Gebang sampahnya selalu menggunung walaupun banyak warga Bantar Gebang yang berprofesi sebagai pemisah sampah. Karena terlalu banyak sampah yang tidak bisa didaur ulang, dan pilihannya ya ditumpuk-tumpuk aja.
Ini bukan kabar baik. Gimana ya, aku nggak bisa menggambarkan rasa sedih sama profesi orang sana yang tiap hari harus mengais sampah, tapi bagi mereka sampah itu kaya berlian. Dicari dan dicariii terus, bahkan mereka sedih ketika sampah yang datang nggak banyak. Aku nangis di sana. Lihat sampah-sampah plastik yang numpuk numpuk. Ditambah anak anak kecil, orang dewasa, tidur beralas sampah itu kaya hal biasa.
Makanya kak resa dan Opa serta kaka-kaka anggota Sustainable Indonesia bilang, banyak orang yang kena penyakit salmonella (bakteri yg terkenal banget berasal dari sampah dan menyebabkan penyakit mematikan).
Segini dulu gais. Ga kuat ceritanya. Nanti dilanjutin lagi ya. Masih banyak. Ambil baik baiknya aja yaa.
Terimakasih
Ya Allah, terimakasih telah menjadikanku Ossid yang hidup berkecukupan. TT
Allah SWT berfirman:
فَبِاَ يِّ اٰلَآ ءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
"Maka
nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
(QS.
Ar-Rahman 55: Ayat 13)
@ossidduha
81219
Komentar
Posting Komentar