2021

 



Ini cerita random yang aku ingat.

Hal yang nggak akan aku lupakan dan sangat aku syukuri adalah berakhirnya kuliahku dan lancarnya hingga pelaksanaan wisuda. Alhamdulillah. Allah pasti tahu gimana perjuanganku, kesusahan, kemalasan, kesyukuran dan kekufuranku selama proses pengerjaan skripsi. Bukan soal susah temanya, tapi soal manajemen waktu dan kegigihan untuk memperbaiki sikap. 

Tahun 2021 sekaligus menyelesaikan 2 agenda yaitu Sempro dan Skripsi. Bukan hanya soal penyusunannya saja yang membuat sakit kepala, tapi juga tugas di luar kuliah, pekerjaan, hingga masalah masalah perasaan yang berkaitan dengan rekan, teman, keluarga, hingga orang-orang yang lewat tanpa sengaja. Alhamdulillah aku dapat pembimbing sempro dan skripsi tetap yaitu Pak Arje. Yang perannya ga begitu menonjol, tapi rasa syukurku sangat tinggi. Beliau sangat penyayang dan aku selalu suka nasihat nasihat dan obrolan manisnya setiap kali bimbingan. Terimakasih Pak Arje. 

Aku nggak mengingat hal lain yang memorable. Oya, akhir tahun ini alhamdulillah trip ke Papandayan. Meski di hari pertama dan kedua masih kurang mood karena kepikiran pekerjaan yang ditinggal tiba-tiba dan melihat keriwehan temen-temen lainnya. Tapi alhamdulillah ketika naik ke atas, dalam kondisi mood. Sehingga ga merasa lelah dan lebih fresh ketika naik. Patut disyukuri, terimakasih Allah sudah memberi kesempatan untuk melihat alam-Mu yang begitu Indah. Sudah menganugerahi aku kesempatan untuk bisa sampai di tempat yang indah. 

Oya, aku kayanya bahagia banget di tahun baru 2022 ini. Momen malam tahun baruan paling membahagiakan, karena malam itu aku bisa bebas memilih apa yang mau aku lakukan sendiri. Nggak ada bakar-bakaran paksa, nggak ada nonton kembang api paksa, nggak ada begadang paksa. Aku begadang sampe jam stengah 2 karena nyelesein jurnal kelas X. Waktu persis di jam 00.00, aku dengerin musik pake headset dan tutup telinga dengan bebasnya karena berisik kembang api. Akhirnya setelah 10 tahun di Jakarta, aku punya tahunku sendiri. Aku bisa merayakan tahun baruu sendiri tanpa harus merayakan apa-apa. 

Tahun ini harus menjauh dari beberapa hal, menarik diri dari beberapa pekerjaan, menghindar pada orang-orang tertentu. Meski puas rasanya bisa menjadi sendiri di keramaian, tapi kadang-kadang aku bisa kesepian juga. Mencoba berani bilang engga dan menolak untuk hal-hal yang sebenarnya menyusahkanku, meski agaknya aku senang terlibat pada hal-hal yang susah. Meski di tiap hari ada rasa bersalah karena nggak bisa terlibat beberapa hal, tapi kayanya merenung adalah jalan terbaik. 

Oiya. Tahun 2021 persis di hari Ulang Tahunku ke 23, aku dapat SK untuk jadi Operator di Sekolah. Tiga bulan pertama jadi neraka. Meski aku terlihat bisa beradaptasi, tapi menyeimbangkan satu pekerjaan dengan pekerjaan baru itu seperti di ambang kematian. Nggak sekali dua kali terkejut dengan beberapa tugas baru, merasa tidak adil, dan ada banyak hal yang makna nya masih belum aku temukan. Ada di suatu kondisi aku cuma bisa nangis karena ngerasa masih berkurang orang yang bisa diajak untuk cerita. 

Dari dulu pun aku nggak pernah punya temen cerita yang baik. Orang orang yang aku ceritakan kelemahanku, rata-rata merasa kondisi lebih lemah dariku. Aku mundur sebab menceritakannya hanya membuatku diselimuti rasa bersalah karena aku seperti orang beruntung yang kufur. Jadi korban Nadine ke dua kalinya setelah kejaian pelaporan artikel terberat entah tahun berapa. Entah niat apa yang dia layang buatku, tapi aku benar-benar mengingatnya sampai mati.

Yuli pulang ke Padang. Makasih Yul, udah jadi teman baik selama di Jakarta. Makasih sudah mau mengingat dan mengajakku sebagai teman. Cukup diingat ditinggal Yuli, karena temenku berkurang. Sebagai orang yang susah sekali dapat teman baru yang klik, ditinggal Yuli jadi salah satu hal memorable. Kamu jelas tahu, kalau jalan-jalanku akan selalu sendiri lagi. Dan kamu jelas paham bahwa pergi-pergiku tanpamu akan menjadi bisu. 

Aku menghukum setiap langkahku untuk ke sana dan ke sini. Aku mengawasi tiap pertemuanku dengan dia dan dia. Aku memaki tiap teguran tentang ini dan itu. Aku menolak semua bentuk percaya untuk aku dan aku.


2021 How beautiful life

Makasih Allah


Ternyata aku bohong ya Allah. 

Tiap malem Ossid masih selalu nangis. Nangis karena merasa nggak profesional dalam bekerja, nangis karena takut nggak bisa bermimpi, nangis karena ketemu ekspresi wajah nggak suka, nangis karena danggap bodoh dan mengembangkan diri, nangis karena takut diteror cowo nggak jelas, nangis karena ngerasa nggak wprth it hidup di dunia, nangis karena nggak punya teman, nangis karena kepikiran kata orang tentang kuliahku yang ga ada manfaatnya, nangis karena hari-hariku yang nggak produktif, nangis karena habis kesel dan marah sama orang, nangis karena dicemooh sama temen sendiri, nangis karena nggak dipercaya, nangis karena gatau solusi apa yang bisa meringankan masalah selain nangis. 

Punya masalah keluarga. Nggak pernah ossid sedikit pun minta keputusan dari keluarga. Jangankan berteman, sama keluarga aja hidup rasanya hambar. Punya orangtua di satu tempat kerja itu bikin nggak bisa berpikir jernih. Keseringan pasang wajah normal karena hal hal menyakitnya nggak akan sembuh dengan sendirinya apabila kita nangis di depan banyak orang. Aku nangis buat diriku sendiri. Aku bersedih hati untuk diriku sendiri. Aku nggak pernah minta siapapun buat jadi tameng, pelindung, teman, atau siapapun yang bisa jadi obat. Aku tahu, obatku adalah diriku sendiri. 

Aku ingin hidup sendiri. Ingin bangun dan tidur di bawah atapku sendiri tanpa melihat siapapun mendampingiku hari itu. Ossid nggak bisa mencintai malam untuk tidur karena rasa bersalah. Rasa bersalah nggak kerja lebih banyak, rasa bersalah karena ga bermanfaat, rasa bersalah karena nggak ada daya untuk memikirkan diri sendiri kecuali pada malam hari. Ossid nggak bisa tidur di bawah jam 12 malam. Sekalipun aku tidur cepat, aku nggak bisa menghindar dari bangun tengah malam sampai dini pagi. Kebiasaanku buruk. Polaku buruk. Hari hariku buruk. 

Setiap malam nangis, sampai terbiasa pagi hari stelah bangun tidur ngompres mata supaya nggak bengkak esok hari saat bekerja. Aku ingin merealisasikan ekspetasi orang-orang, tapi cukup di siang hari. Aku bersyukur dapat ruang kantor sendirian, karena setiap malam aku bisa jernih berbahagia, bersyukur sekaligus menangisi diri sendiri. Justru yang kata orang kasihan, aku merasa full ketika bisa sendiri di satu ruangan tanpa siapapun mengganggu. Aku jadi egois. Aku jadi sering ga peduli apa yg dibilang orang. Waktu aku disebut-sebut di grup sama Nadine, aku keras langsung ga peduli. Aku bisa nggak butuh siapa siapa. Aku bisa ga peduli tegur sapa. Aku bisa nggak mau tau. Tapi malamnya aku tetap bersedih. 

Kenapa orang berpikir aku kuat. Aku nggak naif aku tau. Tapi aku juga kadang kadang bisa sakit hati, aku kesel, aku marah, aku benci diomongin di belakang, aku benci ngģak dicintai, aku benci ditatap sinis, aku benci dikata katain. Aku benci banyak hal tapi kenapa orang berpikir aku si paling pandai mencari hikmah. Aku tau aku cuma punya Allah. Tapi kadang kadang aku nggak kuat. Kadang kadang kalo ceritaku nggak tertampung aku kesal. Aku nangis sampe pagi. Kadang kadang aku nggak tau harus ngapain. Kadang kadang aku cape nyari hikmah dari kejadian kejadian nggak menyenangkan. Kadang kadang aku benci sendirian. Kadang kadang aku benci kesepian. Kadang kadang aku benci nggak punya teman. 


How i hate my self

Komentar

Postingan Populer