2022
11 Januari 2022
Kayanya ini waktu yang tepat untuk bercerita.
Entah kenapa tiba-tiba malam ini terlintas hal apa selama 2022 yang membuat aku kecewa entah pada orang maupun sama diriku sendiri. Tiba-tiba nangis tanpa alasan yang jelas dan entah kenapa kayanya memang aku butuh nangis.
Jauh sebelum hari ini, tahun 2021 kayany aku lebih banyak nangis. Lebih bisa ngerasain apa yang aku nggak suka dan mengatakannya. Tapi di tahun 2022, rasanya aku nggak punya waktu untuk itu semua. Aku lebih banyak diam dan mengalihkan hal hal nggak menyenangkan dengan scroll video lucu di instagram atau tiktok. Hampir aku menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk scroll video karena hal yang menyakitkan kalau diingat ngga akan ada habisnya.
Aku kehilangan semangat mendukung teman yang sudah kuanggap sahabat untuk melanjutkan kuliah. Aku memilih untuk nggak lebih jauh membantunya karena aku pikir sia-sia. Dan benar, setelahnya dia nggak melanjutkan kuliahnya. Kemudian aku pernah beli minuman yang aku pikir itu minuman kesukaannya. Tapi ternyata beberapa jam kemudian, orang lain dateng ke aku dan cerita bahwa dia dapat minuman dari seseorang. Dan ternyata minuman itu adalah minuman yang kubeli untuk dia, dan dia berikan ke orang lain Nggak tau kenapa, pedih banget perasaanku pas tau dia kasih ke orang lain lagi.
Aku sengaja membenci teman dekatku sendiri, karena aku nggak kuat dengan sikap sombong dan sok tau semua hal tentang aku. Aku dapat konfirmasi kalau teman sekaligus orang yang pernah aku suka adalah gay. Bukan dia nggak suka aku, ternyata dia beneran nggak suka perempuan. Aku suka sama orang yang pernah menyatakan kepada orang lain bahwa dia nggak suka aku. Aku nggak bisa mempertahankan 3 orang anak bimbingan di kelasku. Tentu sebagai wali kelas aku merasa bersalah. Aku marah-marah dengan banyak orang dan bahkan membenci orang orang tersebut untuk waktu yang nggak sebentar.
Aku merasa pekerjaan yang aku lakukan nggak maksimal. Aku terlalu banyak menghabiskan waktu untuk bengong dan melakukan hal yang nggak penting. Aku melibatkan urusan perasaan pribadi dengan pekerjaan. Aku berbohong tentang satu laporan yang nggak pernah aku kerjakan. Aku menyesal karena harus mengetahui satu kesalahan orang dan membongkarnya.
Aku yang membayangkan akan jadi aku seperti apa di masa depan. Aku yang selalu belum bisa percaya.
---
Komentar
Posting Komentar