Panggung untuk Aku

 

Aku Nggak Bisa Apa-Apa

Hai! Aku Ossid Duha, dan aku anak yang biasa aja. Nggak punya keahlian khusus, nggak cemerlang dan punya wajah biasa-biasa aja.

Beberapa hari ini aku merenung dari sebuah kata-kata yang diucapkan polos oleh salah seorang muridku di kelas 7.

"Ammah Ossid itu bisa semua hal, tapi cuma bisa. Nggak ada yang ahli. Makanya Ammah multitalenta,"

Dari satu kalimat dia, Aku sangat sadar aku bukan manusia hebat. Aku nggak punya kepintaran di atas rata-rata yang bisa bikin aku dapet beasiswa kuliah. Aku nggak punya keahlian khusus yang bikin aku kelihatan unggul di tempat khusus. Aku bilang aku bisa, tapi aku biasa-biasa aja. Dan apa yang disampaikan sama salah satu anakku itu benar adanya. Aku memang nggak punya hal yang bisa dibanggakan. Di satu sisi gue bener-bener orang biasa yang nggak lelah berjuang dan mengajukan diri untuk naik ke atas panggung, tapi nggak pernah ada panggung buat aku.

Nggak Ada Panggung Buat Aku

Semasa sekolah, aku jadi vokal utama di grup perkusi di kelasku. Mungkin terkesan unggul, tapi faktanya ya karena di grup ku bener-bener nggak ada yang bisa nyanyi. Jadi aku terpilih secara 'mau ga mau' untuk jadi vokal utama. Selama aku dengerin ulang semua rekaman saat tampil di panggung, suaraku jelek. Bener-bener jelek. Mungkin aku cuma punya keberanian dan rasa percaya diri untuk jadi vokal, padahal aslinya nothing. Suara aku beneran jelek. Dan setelah aku cek suara-suaraku di rekaman cover di youtube, tiktok dan instagramku ya emang aku nothing.

Bahkan inget banget waktu kelas 2 SMA pernah disuruh ikut lomba ke Bandung untuk kategori vokal grup. Aku dipilih jadi vokal yang padahal aku yakin itu nggak akan menang. Padahal waktu itu, aku ingin banget jadi cast untuk lomba drama. Tapi nggak dibolehin karena alasannya aku harus ikut vokal. Dan beneran grup ku kalah, dan aku kaya orang ga berguna banget di sana karena nggak memberi kontirbusi apapun.

Aku suka banget nulis. Tahun 2016 aku udah coba freelance SEO dan dapet cukup banyak penghasilan dari sana. Sampe akhirnya aku masuk kuliah jurnalistik dan mulai bener-bener cinta sama dunia kepenulisan. Ditambah pada waktu magang, aku dapet media online yang bener bener bisa bikin aku yakin bahwa aku suka nulis. Tapi ternyata cuma 'suka nulis'. Setelah kupikir lagi, sepertinya tulisanku nggak bagus dan nggak indah. Pada waktu magang, aku sering dikritik editor karena tulisanku nggak punya gaya khas dan bertele-tele. Pada waktu freelance, aku menulis karena dibayar. Dan target utama pekerjaannya pun bukan keindahan dan bagusnya tulisan, hanya jumlah kata dan uang yang aku dapatkan. Dan bahkan aku berkali-kali ikut lomba nulis, tapi nggak pernah menang. Ini seperti bukti bahwa emang tulisanku ya nggak bagus. Aku cuma sekedar bisa menulis, tapi nggak menarik.

Aku suka bikin desain digital. Aku suka bikin poster, aku suka bikin spanduk, power point dan apapun itu. Aku bangga banget bisa bikin ini itu buat ditampilin di kegiatan kegiatan di sekolah. Tapi ketika masanya aku punya kesalahan, aku dikritik, "bagus sih Sid kamu mau berjuang dan belajar, tapi kemampuan kamu tuh bukan dari seorang desainer yang bagus gitu. Jadi desainnya ya tetep kaku kaya orang baru belajar." BETUL. Aku nggak marah. Cuma jujur sedih dan menggumam, 'ohiya gue kan nggak ngerti desain'. Aku cuma sekedar bisa, selebihnya desainku selama ini dipakai karena nggak ada tukang desain lain.

Pernah sesekali ketika akubunggul di antara temen-temenku, aku ngerasa bahwa aku pintar. Tapi kalau aku melihat kilas balikku semasa sekolah dan kuliah, ternyata aku nggak pinter. Rangking sekolah cuma mentok di rangking 4. Kadang sedih ketika aku meyakini label sebagai bukti usahaku. Ditambah semasa kuliah, IPK ku biasa aja. Mungkin cumlaude, tapi nggak tertinggi. Padahal aku ngerasa aku udah cukup berjuang untuk kuliah. Bahkan temanku yang dapat IPK tertinggi, kemampuan dalam dunia jurnalistiknya nggak begitu bagus. Tapi ternyata itu hanya dugaanku aja. Buktinya she did it! dan aku engga.

Label Adalah Bukti

Mungkin yang aku rasain saat ini ya aku kalah dan aku orang yang sangat biasa. Padahal suatu hari aku pernah bermimpi ingin dikenal banyak orang dan jadi spesial di antara orang-orang di sekitarku. Tapi kayanya kebanyakan mimpi dan ngarang, hingga ketika aku tahu bahwa aku orang yang biasa-biasa aja ya sedih dan kecewa banget. Aku ngerasa kaya apa yang udah aku usahakan, nggak berguna dan kayanya aku merasa mulai harus meyakini untuk nggak bermimpi tinggi-tinggi.

Aku ingin lanjut S2 di luar negri, ingin punya rumah, ingin dikenal orang-orang, ingin jadi konten kreator yang bagus, ingin jadi bloger yang dikenal orang banyak, dan semua mimpi jadi sorotan publik kayanya harus mulai aku simpan saja. Aku ngerasa semua hal yang aku lakukan udah di batas maksimal dan aku nggak pernah bisa mencapai lebih dari yang aku minta untuk diri aku sendiri.

Aku takut aku juga lelah dan terlalu banyak kecewa yang akhirnya bikin aku merasa payah pada diri sendiri. Padahal apa yang aku lakukan hari ini, biasa-biasa aja dan yang aku hasilkan saat ini tuh ya nggak papa. Aku sadar aku nggak harus jadi Presiden untuk membuktikan bahwa aku orang yang intelek. Aku nggak harus jadi penyanyi dan dapet jadwal konser di berbagai pulau untuk membuktikan bahwa aku bisa nyanyi. Karena kadang kala, aku ingin kaya orang orang yang bisa menciptakan lagu, bikin lirik, main musik, konser, dan dapet banyak tepuk tangan setelah selesai nyanyi. Tapi aku sadar, kayanya posisi aku nggak disitu.

Aku ingin banget kuliah S2 di luar negri, sedangkan bahasa inggrisku di level bawah, uang untuk ke luar kota aja masih suka ngorek ngorek tabungan, dan semua hal yang nggak sebanding dengan apa yang aku cita-citakan. Aku ingin S2, karena bagi aku orang yang pintar ya yang lanjut terus pendidikannya. Aku ngerasa orang pintar ya orang yang belajar ke luar negri. Itu label dan bagi aku label itu sebanding dengan apa yang diperjuangkan. Artinya ya memang orang di luar negri yang melanjutkan kuliah itu pintar.

Sekali lagi ini opini dalam kepalaku. Kadang aku tersiksa sama opiniku sendiri, ngerasa nggak berjuang, ngerasa nggak produktif, ngerasa nggak berusaha dan ngerasa semua yang diusahakan cuma bisa dapet hasil yang biasa-biasa aja. Aku tau itu kegiatan mengandalkan ekspetasi pribadi dan sia sia. Tapi ngga tau kenapa, itu selalu dilakukan.

Plus Minus

Plusnya menyerah adalah bisa mudah tenang. Jadi nggak terlalu kebeban sama semua hal yang kita inginkan. Ketika kita nggak berhasil ya nggak kecewa. Biasa-biasa aja. Tapi minusnya, semangat untuk jadi yang paling keren itu lama-lama memudar sendiri. Kalau ngerjain tugas atau pekerjaan jadi nggak ambis, karena ngerasa pasti kita kaan ngelaluinya. Karena kita nggak minta untuk memang atau berhasil, yang penting bisa dan selesai.

Plus nya nggak menyerah dan tetap on set list mimpi-mimpi kita pasti semangat mengerjakan tugas dan pekerjaan pasti tetep on point kapanpun dan di manapun. Tapi minusnya, ya pasti ada masanya jadi stress dan kecewa. Jadi mudah marah karena nggak berhasil. Dan kadang perasaan dengki ke orang yang berhasil itu ada dan nyata. Dan bahkan ketika berhasil, perasaan sombong dan ingin dipuji orang ya pasti ada. Astaghfirullah.

Keduanya punya plus minus. Tinggal gimana kita menyikapinya. Kadang aku pun butuh waktu untuk ngerasa menang, dan butuh merenung untuk menerima kekalahan. Walaupun masih belum bisa beradaptasi sama kondisiku yang batas maksimalnya nggak bisa sampe di atas panggung, tapi ya nggak papa. Aku menikmati proses untuk menjadi lebih baik setiap harinya. Aku menikmati proses menangis karena nggak berhasil dan cuek saat semua orang bisa naik ke panggung.

Aku sebisa mungkin membuat panggung ku sendiri dengan dekorasi ucapan selamat yang kukarang sendiri. Tapi kalau pun itu nggak tercapai ya aku akan mencoba untuk menyampaikan kepada diriku sendiri bahwa kemenangan bukan soal siapa yang berdiri di atas panggung.


Aku Ossid, dan aku selalu suka belajar dan mencoba semua hal baru. Meski aku nggak bisa ahli pada satu bidang, tapi aku bersyukur bisa menjadi andalan semua orang di semua bidang untuk menyelesaikan. Dan aku selalu cinta sama diriku sendiri yang nggak pernah takut untuk nggak bisa. Dan aku bangga, aku selalu yakin untuk bisa melakukan semua hal.

Terimakasih aku. Terimakasih Ossid. Terimakasih Allah SWT.


Salam cinta, 

Ossidduha

120323






Komentar

Postingan Populer