Aku, yang Salah

 


Ini salah ke sekian kalinya. 


Sampai aku nggak berani buka note harianku karena takut kebaca lagi cerita-cerita tentang kamu yang hari itu ditulis dengan hati senang dan hari ini dibaca dengan mata berlinang. Berusaha lupa sama semua usaha palsu yang berhasil dan bikin perasaanku nggak karuan. Aku cuma perempuan biasa. Yang nggak meminta kamu berjalan di atas karpet merahku. Entah sengaja atau tidak, ruang kosong ini diisi warna warni kertas dengan tulisan tulisan selamat yang susah sekali aku lupa. 


Aku salah lagi.


Ke sejuta kalinya hanya dengan menghitamkan yang abu abu tanpa izin. Memaksa seolah disediakan padahal semuanya sudah tersedia. Aku sampai enggan mengajak bicara padahal obrolanku sangat penting. Menghindar dan berdiri saat dudukmu mulai serius. Menangis seolah aku sakit, padahal aku menyakiti diriku sendiri. Aku nggak salah, tapi kamu juga nggak bersalah. Hanya nadanya terlanjur beda dan lagu yang kita pilih berbeda. 


Aku salah lagi. 


Meminta Tuhan memaksa janji padahal aku yang mematok jaring terlalu luas. Aku yang menaruh lampu terlalu jauh, hingga terang yang kuharap seakan redup, padahal salahku taruh di sudut. Aku yang salah terima berkas, padahal yang ku butuh kesaksian lisan. Aku yang memaksa jalan di pinggir taman, padahal setelahnya hujan batu, badai angin dan banjir di seluruh kota. Aku yang meminta makan, padahal perutku masih kenyang. 


Aku salah lagi.


Tidak memastikan buah yang kumakan manis atau asam. Percaya diri dengan insting yang sudah gagal berkali-kali. Suratku gagal terkirim. Seperti sinyal yang hilang, padahal semua itu nggak pernah ada. Aku bukan hanya salah memilih waktu, tapi juga salah membidik manusia. Berantakan, riuh dan berisik. Ini aku sengajakan. Disambut namun tidak bersambut. 


Aku yang salah

Komentar

Postingan Populer