Bawa Beban, Berat?
Halo
malam semuanya.
Gimana
Juni? Apa sudah ada hujan di bulan Juni yang bikin hati berdebar, atau malah
membuat tangismu turun berjatuhan bersamanya?
Hari
ini, mau sharing tentang beban yang aku bawa. Berat apa engga nya, kayaknya
tergantung gimana penjelasan dalam tulisanku kali ini.
Siapa Aku?
Mau
kenalan lagi nih?
Hehe
pasti udah bosen ya. Tapi baiklah. Aku Ossid Duha, seorang manusia biasa yang
kebetulan di tempat rantau. Yang milih pindah kependudukan ke Jakarta di usia
17. Nekat? Pasti. Pada waktu itu, aku belum pernah kepikiran akan jadi apa aku
di usia 25 saat ini. Tapi yang jelas, semua perjalanan hidup yang aku jalani
ini, nggak ada hal mendadak dan nggak ada hal yang membuatku merasa nggak Ikhlas
karena nggak sesuai dengan apa yang aku ingin.
Alhamdulillah
di usiaku sekarang, aku bisa mendapat amanah yang aku sendiri nggak pernah
membayangkan akan aku dapat di usiaku ini. Aku guru Bahasa Indonesia di jenjang
SMP dan SMA. Selain itu, aku juga dapat amanah dari Yayasan untuk menjadi Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan sejak tahun ajaran 2023/2024. Ditambah, status
sebagai staff di BPP (Badan Pengelola Program) Yayasan juga masih belum
dilepas. Jadi banyak hal aku masih terlibat dalam kepanitiaan, koordinator, dll.
Aku
sadar pekerjaan dan tempat kerjaku ini juga membuat aku jadi harus sebisa mungkin
penuh wibawa, tidak sombong, peduli kepada orang di sekitar, dan tentunya
membuat aku punya amanah yang sangat dekat dengan Allah SWT. Pakaianku,
hijabku, kata kata yang keluar dari mulutku, sikapku, dan semua tingkah lakuku
di dunia nyata. Apalagi aku seorang guru yang pasti jadi contoh untuk anak-anak
terutama muridku di asrama. Mereka pasti mau menjadi seseorang yang
dipandangnya adalah orang terbaik. Dan aku selalu ingin jadi orang terbaik yang
dicontoh anak anak. Jadii, ini bisa dibilang prestasi dan beban juga ya.
Beban Apa?
Beban
atau bukan ya? Hehe
Kita
bicara hari ini ya, soal bayang bayangku di masa kuliah, atau sebelum hari ini
kayanya aku nggak pernah ungkit lagi.
Sebenernya,
apa yang aku rasakan saat ini tuh udah lebih dari bebas yang sebelumnya selalu
kupertanyakan apakah ada atau engga? Aku udah selesai pengabdian yang aku jalani
sejak 2017 aku lulus di SMA. Aku berhasil lulus 4 tahun di kuliahku, dan
menjalani pengabdian ikatan dinas selama 2 tahun, hingga akhirnya di bulan
April 2024 semua pengabdianku tuntas. Aku udah nggak boleh tinggal di asrama,
untuk semakin memperbaiki manajemen keuangan dan tentunya manajemen diriku
sendiri.
Yang
pada akhirnya, hari ini aku bisa lebih santai duduk di atas kursiku, di depan
laptopku, sambil menulis dan mengisi konten blog semauku. Aku tinggal di kos
yang kupilih sendiri. Aku membayar sewanya, tagihan listriknya, iuran
sampahnya, dan semua kebutuhan yang aku mau dan butuhkan di kos kecilku ini.
Rasanya penuh haru ya. Tapi ini pencapaian yang nggak akan pernah aku lupakan
dengan perjuangan 14 tahun di asrama yang amat nggak mudah.
Lalu
apa bebannya?
Kadangkala
aku tetap ingin seperti teman-temanku yang bisa kerja di kantor besar, liburan
ke luar kota, luar negeri, hingga makan makan fancy yang sepertinya amat mudah
didapat.
Apakah
aku dilarang? Apakah aku nggak mampu?
Mungkin
bukan dilarang, mungkin bukan nggak mampu, tapi lebih kepada aku harus menahan
diri. Menahan diri agar semua perasaan ingin berfoya-foya itu hanya menjadi
anganku saja. Aku harus menunggu pergi bersama rekan di asrama untuk bisa pergi
ke luar kota. Aku harus menunggu liburan yang hanya terjadi setahun sekali di
libur lebaran. Aku harus menahan diri makan di tempat tempat fancy karena apa
yang aku perjuangan ini berasal dari tempat yang amat sangat membutuhkan. Aku harus
menahan diri membuat projek mewah karena dana dan fasilitas yang ada hanya mampu
membuat ambisiku sampai di projek sederhana. Aku menahan diri.
Bahkan
ketika aku melihat baju baju cantik di toko, model pashmina yang menggemaskan,
rok warna warni yang indah, sepatu yang mewah dan tas tas mahal yang amat jadi
impianku, aku harus menahan diri. Aku menahan diri untuk menabung dan
membelinya, walaupun aku mampu. Aku menahan diri memakai aksesoris berlebihan, aku
menahan diri menyukai wangi parfum yang semerbak, aku menahan diri mengoles lipstick
merah favoritku, aku menahan diri menmperlihatkan kesukaanku pada makhluk dua
dimensi Korea Jepang yang sangat aku cintai, aku menahan diri menyukai outfit
cantik yang bisa kubayangkan akan menjadi itu.
Aku
menahan diri.
Aku
menahan diri untuk nggak berlebihan dalam semua laku, bicara dan semua hal yang
melekat padaku dari ujung kepada sampai ujung kaki.
Bukan
semata karena aku menahan diri dari orang lain, tapi untuk keselamatanku
sendiri.
Apakah Sangat Mengganggu?
Aku
hanya menahan diri. Jadi semua itu tidak mengganggu.
Aku
mencintai pekerjaanku dan lingkungannya lebih dari apapun yang saat ini kumiliki.
Aku memiliki tempat yang menjadikanku penuh ibadah, aku memiliki anak anak yang
sangat aku cintai, aku mencintai diriku yang menjadi guru. Aku mencintai
semuanya.
Kadang
kala aku harus hati hati menyebutkan profesiku adalah guru. Dan aku harus
merasa bersalah apabila aku berkata kasar atau memakai pakaian yang tidak
seperti aku contohkan biasanya, hanya karena profesiku yang guru di sekolah
ini.
Aku
nggak merasa terganggu, tapi kadang kala aku ingin menjadi orang yang biasa
saja.
Aku
ingin jadi orang yang nggak disapa oleh siapa siapa ketika bertemu kerabat di
jalan, aku ingin jadi buta saat melihat anak-anakku lewat di depanku, aku ingin
tidak peduli pada sekitar tentang apa yang kumakan, kuminum dan kupakai. Aku
ingin menjadi aku yang apa adanya dan memakai semua yang aku tahan selama ini.
Itu hanya inginku?
Kebutuhanku?
Bukan
itu. Bukan itu yang aku mau.
Di
usia ini, mungkin terlalu dini kata orang untuk menjadi manusia murni. Tapi aku
selalu berusaha menjadi baik, meski sejatinya aku manusia bisa yang amat sangat
lambat dalam belajar kebaikan. Aku seringkali mengeluh telah menahan diri ini dan
itu, padahal perjuangan orang lain adalah bagaimana cara menghindarinya.
Kalimat
pencehana lebih baik dari pada pengobatan itu benar adanya. Siapapun yang sudah
terlanjut pernah dan memuja, pasti akan sangat susah mendapat perubahan. Sedang
hal hal yang sudah dicegah sejak awal, akan sangat susah menjadikan itu melekat
pada diri.
Bebannya? Berat Nggak?
Buat
aku nggak berat, tapi kadang aku manusia bisa yang mudah mengeluh dan
mempermasalahkan apa yang udah aku mulai. Padahal kalau aku melihat semua yang sudah
kucapai, aku selalu bangga sama diriku sendiri karena sudah melalui banyaaak
sekali proses jatuh bangun yang mungkin banyak orang nggak percaya kalo aku
bisa bangun sendiri di proses itu.
Tapi
mau bagaimana juga, ini hidup. Bukan permainan yang akhir kemenangannya bisa
diperhitungkan.
Aku
Ossid Duha, dan aku sangat menikmati beban yang aku bawa ini. Berat atau tidak?
Tidak sama sekali. Aku menjinjingkan dengan perasaan senang dan bahagia seakan
yang kudapat ini uang milyaran di dunia yang bisa aku tukar di akhirat nanti.
Ya
Allah, berikan aku istiqomah yang panjang dan selamanya.
Jadikan
aku manusia yang penuh Syukur dan selalu mencintai nikmat yang Kau beri.
Sehingga tidak ada kekufuran di hatiku. Senantiasa hujani aku dengan Rahmat-Mu
dan semua hal indah di dunia yang bisa kutukar nanti dengan keindahan yang lebih
besar di Surga-Mu.
Amiin
yaa rabbal’alamin
Salam
cinta,
Ossidduha
Komentar
Posting Komentar