MAAF
Tolong cukupkan kisahku sampai di sini.
Aku mohon, jangan berdelusi tentang rasa yang sama sama tabu. Rasamu membuatku membungkuk seperti membawa beban sebahu. Aku tahu, perkara ungkapan itu sebuah kata kata yang benar.
Tapi bukan berarti aku memanjatmu terus kemudian menunggumu berbunga hingga berbuah. Aku mencoba melihat ke bawah. Bukan berarti aku tidak menoleh kesamping apalagi mendongak ke langit. Semua kucoba.
Dan kumohon, mengingatku seperti mengingat kesalahan. Bukan sesal yang kudapatkan, tapi seperti ribuan dosa yang minta dipadamkan. Aku akui aku bersalah. Tapi kumohon, aku bisa saja pergi ketika tahu bungamu tidak akan tumbuh tahun ini. Sedang sudah kau akarkan di tanah yang kau pijak.
Usaikan saja ceritaku. Sebab kita tidak pernah mengikat. Semua tentang kita adalah ilusi. Permainan hati yang ditutupi rasa girang. Tanpa tahu, masing masing diri punya jalur lintas yang berbeda.
Asimilasi rasa kita adalah sebuah kebohongan. Dan aku hanya ingin kita seperti satuan pertemanan alam. Dimanapun aku, dimanapun kamu, jadikan sapaan adalah sebuah teguran keras. Bahwa kita hanya sebatas lambaian.
Ayolah, kita sama sama mundur. Melihat tempat apa saja yang dilewati. Bernostalgia tentang tawa lepas kita di sudut jalan. Dan usapan tangan pada air mataku yang kesekian kalinya. Menaruh barang barang yang pernah kita ambil tanpa pikir rasa di tepi tepi jalan. Dan antarkan aku sampai di depan rumah.
Selepas itu, kita lihat jalan di depan dengan dua persimpangan tolak belakang. Pilihlah satu di antaranya. Dan buatlah kisah yang baru tanpaku.
Sebab aku lebih baik mengosongkan hari daripada harus membidik satu rasa yang menurut persepsi takdirku (kamu) adalah sebuah keragu raguan.
Aku bisa kokoh berdiri sendiri, daripada tumbang sebab sandaran yang tidak puguh.
Baca juga artikel penjelasan apa sih sahabat, klik di >> "TEMAN"
31119
Ossidduha
Komentar
Posting Komentar